Minggu, 19 April 2015

Bisnis Dan Lingkungannya



BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang Masalah
Bisnis merupakan kegiatan yang berhubungan dan berkepentingan dengan lingkungan dengan kata lain bisnis merupakan kegiatan pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang disediakan oleh lingkungan. disamping itu bisnis tidak dapat lepas dari keberadaan faktor-faktor lingkungan yang dapat mendukung maupun menghambat terhadap tujuan bisnis yang ingin dicapai. Dilain pihak lingkungan bisnis merupakan faktor yang dapat berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebaliknya bisnis juga dapat mempengaruhi atau menciptakan pengaruh terhadap lingkungannya. Oleh karena itu interaksi antara bisnis dan lingkungannya atau sebaliknya menjadi sangat penting bagi kegiatan bisnis dan masyarakat. Sehingga bisnis dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif bagi lingkungan.

1.2              Rumusan Masalah
·         Bagaimana Hubungan Bisnis dan Masyarakat?
·         Apa saja Faktor-Faktor Produksi itu?
·         Bagaimana Tanggung Jawab Sosial Bisnis?
·         Apa saja Masalah Produksi itu?

1.3              Tujuan
Adapun tujuan kami menulis makalah ini agar para pembaca dapat mengetahui dan memperdalam lagi bagaimana sebenarnya Bisnis dan Lingkungannya.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Hubungan Bisnis Dan Masyarakat
Hubungan antara Rumah Tangga Perusahaan dengan Rumah Tangga Konsumsi erat sekali dan saling membantu satu sama lainnya dalam mencapai kemajuannya. Rumah Tangga Konsumsi menyediakan dan Rumah Tangga Perusahaan membutuhkan faktor-faktor produksi berupa alam, tenaga kerja, modal dan skill. Kemudian Rumah Tangga Perusahaan akan membayar harga faktor produksi ini berupa rente tanah, upah buruh, bunga modal dan laba pengusaha. Faktor-faktor produksi tadi di olah atau diproses dalam Rumah Tangga Perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa dan dijual ke Rumah Tangga Konsumsi.
Rumah Tangga Konsumsi membayar barang dan jasa ini dengan tenaga belinya, ini disebut daya beli efektif (efective demand), artinya permintaan terhadap suatu barang yang diikuti dengan membayar harga barang tersebut.[1]
Adapula Potensil demand atau daya beli pontensil atau permintaan potensil yaitu permintaan yang baru merupakan keinginan saja belum diikuti dengan tindakan membeli karna belum cukup uang. Pada saat uangnya cukup dia baru membeli barang itu. Hubungan ini akan berjalan terus menerus, majunya Rumah Tangga Perusahaan akan memberikan kepada Rumah Tangga Konsumsi berupa kemakmuran. Rumah Tangga Perusahaan yang makin berkembang akan membutuhkan alam, tenaga kerja, modal dan skill yang makin meningkat pula.

2.2       Faktor-Faktor Produksi
            Kegiatan produksi tentunya memerlukan unsur-unsur yang dapat digunakan dalam proses produksi yang disebut faktor produksi. Faktor produksi yang bisa digunakan dalam proses produksi terdiri atas sumberdaya alam, tenaga kerja mansuia, modal dan kewirausahaan.[2]
1.      Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Faktor produksi sumberdaya alam merupakan faktor produksi asli karena telah tersedia di alam langsung. Sumberdaya alam di sini meliputi segala sesuatu yang ada di dalam bumi seperti:[3]
·         Tanah
·         Tumbuhan
·         Hewan
·         Udara
·         Sinar matahari
·         Hujan
·         Bahan tambang dan lain sebagainya
2.      Sumberdaya Manusia (Tenaga Kerja Manusia)
Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa maupun faedah suatu barang. Tenaga kerja manusia dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya (kualitasnya) yang terbagi atas:
a)      Tenaga kerja terdidik (skilled labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal. Contohnya  seperti: guru, dokter, pengacara, akuntan, psikologi, peneliti.
b)      Tenaga kerja terlatih (trained labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh keahlian berdasarkan latihan dan pengalaman. Contohnya seperti: montir, tukang kayu, tukang ukir, sopir, teknisi.
c)      Tenaga kerja tak terdidik dan tak terlatih (unskilled and untrained labour), adalah tenaga kerja yang mengandalkan kekuatan jasmani daripada rohani.
Contohnya seperti: Tenaga kuli pikul, tukang sapu, pemulung, buruh tani.
3.      Sumberdaya Modal
Modal menurut pengertian ekonomi adalah barang atau hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut. Misalkan orang membuat jala untuk mencari ikan. Dalam hal ini jala merupakan barang modal, karena jala merupakan hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lain (ikan). Di dalam proses produksi, modal dapat berupa peralatan-peralatan dan bahan-bahan.[4]
Adapun pembagian modal dapat dibedakan menurut:
a)      Kegunaan dalam proses produksi.
·         Modal tetap adalah barang-barang modal yang dapat digunakan berkali-kali dalam proses produksi. Contohnya seperti: gedung, mesin-mesin pabrik.
·         Modal lancar adalah barang-barang modal yang habis sekali pakai dalam proses produksi. Contoh seperti: Bahan baku, bahan pembantu.
b)      Bentuk Modal.
·         Modal konkret (nyata) adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi. Contohnya seperti: mesin, bahan baku, gedung pabrik.
·         Modal abstrak (tidak nyata) adalah modal yang tidak dapat dilihattetapi mempunyai nilai dalam perusahaan. Contohnya seperti: nama baik perusahaan dan merek produk.
4.      Sumberdaya Pengusaha
Sumberdaya ini disebut juga kewirausahaan. Pengusaha berperan mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi dalam rangka meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efisien. Pengusaha berkaitan dengan managemen. Sebagai pemicu proses produksi, pengusaha perlu memiliki kemampuan yang dapat diandalkan. Untuk mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi, pengusaha harus mempunyai kemampuan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan usaha.
Hal-hal pokok yang harus dikuasai pengusaha dalam melakukan kegiatan produksi yaitu sebagai berikut.
a.       Planning (perencanaan)
Planning mencakup penetapan tujuan, penyusunan strategi, rencana modal dan biaya, strategi bisnis, visi dan misi, serta kebijakan alternative.
b.      Organizing (pengorganisasian)
Mencakup pengelolaan semua sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan yang meliputi struktur organisasi, spesialisasi kerja, hubungan kerja.
c.       Actualing (Pengarahan)
Mencakup pengarhaan dan bimbingan serta motivasi terhadap karyawan dalam menjalankan tugas masing-masing meliputi pengawasan tugas pekerjaan.[5]
d.      Controlling (Pengawasan)
Mencakup kesesuaian pelaksanaan pekerjaan dengan tujuan perusahaan terhadap pekerjaan masing-masing bagian.

2.3       Tanggung Jawab Sosial Bisnis
            Tanggung Jawab Sosial (Social Responbility) merupakan Etika mempengaruhi perilaku pribadi di lingkungan kerja atau suatu usaha bisnis untuk menyeimbangi komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungannya. Contohnya adalah bertanggung jawab terhadap investor, untuk memaksimalkan profit, karyawan, konsumen, dan bisnis lainnya.
a.       Dorongan tanggung jawab sosial
Klasifikasi masalah sosial yang mendorong pelaksanaan tanggung jawab sosial pada sebuah bisnis salah satunya adalah pada Penerapan Manajemen Orientasi Kemanusiaan. Manfaat penerapan manajemen orientasi kemanusiaan.[6] Penerapan manajemen akan menimbulkan hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara pelaku bisnis dan dari pihak luar. Manfaat tersebut adalah, sebagai berikut:
·         Peningkatan modal kerja karyawan yang berakibat membaiknya semangat dan produktivitas kerja.
·         Adanya partisipasi bawahan dan timbulnya rasa ikut memiliki sehingga tercipta kondisi manajemen parsitipatif.
·         Penurunan absen karyawan yang disebabkan kenyamanan kerja sebagai hasil hubungan kerja yang menyenangkan dan baik.
·         Peningkatan mutu produksi yang diakibatkan oleh terbentuknya rasa percaya diri karyawan.
·         Kepercayaan konsumen yang meningkat dan merupakan modal dasar bagi perkembangan selanjutnya dari perusahaan.
b.      Bentuk - bentuk Tanggung Jawab Sosial Suatu Bisnis
Penjabaran dari kepedulian sosial dari suatu bisnis berbentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial bisnis. Sejalan dengan itu dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat kepedulian sosial suatu bisnis maka semakin meningkat pula pelaksanaan praktek bisnis etik masyarakat. Beberapa bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial yang dapat kita temui di Indonesia adalah:
·         Pelaksanaan Hubungan Industrialis Pancasila (HIP)
Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) merupakan bentuk pelaksanaan yang telah banyak dijalankan pengusaha dengan karyawannya dan dituangkan dalam buku. Dimana diatur kewajiban dan hak masing-masing pihak. Beberapa contoh hak karyawan adalah cuti, tunjangan hari raya, dan pakaian kerja.
·         Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Penanganan limbah industri sebagai bagian dari produksi sebagai bentuk partisipasi menjaga lingkungan.
·         Penerapan Prinsip Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Penekanan pada faktor keselamatan pekerja dengan menggunakan alat-alat yang berfungsi menjaga keselamatan, seperti topi pengaman, masker pelindung, maupun pakaian khusus lainnya.
·         Perkebunan Inti Rakyat (PIR)
Sistem perkebunan yang melibatkan perkebunan besar milik negara dan kecil milik masyarakat. Perkebunan besar berfungsi sebagai inti dan motor penggerak perkebunan dimana semua bahan bakunya diambil dari perkebunan kecil disekitarnya yang berfungsi sebagai plasma.
·         Sistem Bapak Angkat-Anak Angkat
Sistem ini melibatkan pengusaha besar yang mengangkat pengusaha kecil/menengah sebagai mitra kerja yang harus mereka bina. Terkadang hal ini menyebabkan masalah kepada pengusaha besar. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran tinggi dalam pelaksanaannya.
c.       Klasifikasi Aspek Pendorong Tanggung Jawab Sosial
Dalam menunaikan tanggung jawab sosial, perusahaan dituntut untuk mengindahkan etika bisnis. Hal-hal pendorong dilaksanakannya etika bisnis:
·         Dorongan dari pihak luar, dari lingkungan masyarakat. Seringkali menghadapi kendala berupa adanya biaya tambahan yang kadang cukup besar bagi perusahaan dan diperhitungkan dalam untung-rugi perusahaan.
·         Dorongan dari dalam bisnis itu sendiri, sisi humanisme pebisnis yang melibatkan rasa, karsa dan karya yang ikut mendorong diciptakannya etika bisnis yang baik dan jujur. Penerapan prinsip manajemen terbuka, hubungan industrialis Pancasila, Pengendalian mutu terpadu dengan gugus kendali mutunya merupakan contoh-contoh penerapan manajemen yang berorientasi hubungan kemanusiaan.[7]
d.      Etika Bisnis
Merupakan penerapan secara langsung tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri. Etika pergaulan dalam melaksanakan bisnis disebut etika pergaulan bisnis,yitu sebagai berikut:
·         Hubungan Antara Bisnis Dengan Konsumen: Merupakan pergaulan antara konsumen dengan produsen dan paling banyak ditemui.
·         Hubungan Dengan Karyawan: Bentuk hubungan ini meliputi : penerimaan (recruitment), latihan (training), promosi, transfer, demosi, maupun pemberhentian (determination). Dimana semua bentuk hubungan tersebut harus dijalankan secara objektif dan jujur.
·         Hubungan Antar Bisnis: Merupakan hubungan yang terjadi diantara perusahaan, baik perusahaan kolega, pesaing, penyalur, grosir, maupun distributornya.
·         Hubungan Dengan Investornya: Pemberian informasi yang benar terhadap investor maupun calon investor merupakan bentuk hubungan ini. Sehingga dapat menghindari pengambilan keputusan yang keliru.
·         Hubungan Dengan Lembaga-Lembaga Keuangan: Hubungan dengan lembaga keuangan terutama Jawatan Pajak pada umumnya merupakan hubungan yang bersifat financial, berkaitan dengan penyusunan Laporan Keuangan.

2.4       Masalah Produksi
            Masalah produksi maksudnya adalah permasalahan bagaimana memproduksi semua benda (barang dan jasa) yang dibutuhkan oleh orang banyak. Dasar pemikirannya adalah melakukan produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara umum. Misalnya, apabila di suatu negara atau daerah yang sebagian besar penduduknya mengonsumsi makanan pokok berupa rotr, maka produksi roti akan dilakukan sebanyak- banyaknya untuk menjamin agar kebutuhan penduduk selalu terpenuhi. Kemudian, apabila pada waklu tertentu muncul kebutuhan dan permintaan yang besar terhadap suatu benda, seperti sepeda, maka produsen akan berusaha untuk memproduksi sepeda sebanyak-banyaknya.
            Adapun masalah pokok dalam produksi antara lain:
1.      Apa dan Berapa barang yang akan di produksi?
Masalah ini menyangkut persoalan jenis dan jumlah barang atau jasa yang perlu diproduksi agar sesuai kebutuhan masyarakat. Karena sumber daya terbatas, masyarakat harus memutuskan barang apa yang akan di produksi. Sangat tidak mungkin untuk memproduksi semua jenis benda pemuas kebutuhan. Setelah ditentukan apa yang akan diproduksi, kemudian diputuskan berapa jumlah barang yang harus diproduksi sehingga dapat ditentukan berapa sumber daya yang dibutuhkan untuk proses produksi.
2.      Bagaimana memproduksi barang tersebut?
Setelah jenis dan jumlah produksi dipilih, persoalan yang harus dipecahkan adalah bagaimana barang tersebut diproduksi, siapa yang memproduksi barang tersebut, dan sumber daya apa yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut serta teknologi apa yang digunakan dalam memproduksinya.
3.      Untuk Siapa barang tersebut di produksi?
Masalah ini menyangkut siapa yang akan memakai barang hasil produksi, misalnya ada barang yang khusus untuk anak-anak, remaja, orang dewasa, kemudian barang khusus untuk kalangan menengah ke atas atau menengah ke bawah dan seterusnya.



BAB III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan
Bisnis merupakan kegiatan yang berhubungan dan berkepentingan dengan lingkungan. Aktivitas bisnis merupakan kegiatan pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang disediakan oleh alam lingkungan. Sebab itu, relasi antara etika, bisnis dan lingkungan hidup sangat erat sekali. Hal ini mengandung pengertian, jika bisnis itu membutuhkan bahan baku dari alam, maka alam itu harus diperlakukan secara layak tanpa merusak habitatnya. Ini semua merupakan tanggung jawab suatu perusahaan (pelaku bisnis) untuk memperbaiki dan melindungi lingkungan kearah yang lebih baik.

3.2              Saran
Dengan penjelasan di atas diharapkan kepada para pembaca untuk dapat memahami dan mampu untuk mengaplikasikannya dengan baik.













DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji. Pengantar Bisnis:Pengelolaan dalam Era Globalisasi. Jakarta:Rinenka Cipta.  2011.
Lubis, Nur Ahmad Fadhil & Azhari Akmal Tarigan. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta:Hijri Pustaka Utama. 2001.
Rozalinda. Ekonomi Islam:teori dan Aplikasinysa pada Aktivitas Ekonomi. Jakarta:Rajawali pers. 2014.
K. Bertens. Pengantar Etika Bisnis.Yogyakarta:Kanisius. 2000.


[1] Pandji Anoraga. Pengantar Bisnis:Pengelolaan dalam Era Globalisasi, (Jakarta:Rinenka Cipta, 2011), hlm.113
[2] Nur Ahmad Fadhil Lubis & Azhari Akmal Tarigan. Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta:Hijri Pustaka Utama, 2001), hal: 118
[3] Ibid, hal: 120-121
[4] K. Bertens. Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta:Kanisius,2000), hlm. 23
[5] Ibid,  hal: 25-26
[6] Rozalinda. Ekonomi Islam:teori dan Aplikasinysa pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta:Rajawali pers, 2014), hlm.76
[7] Ibid, hal: 78-79

1 komentar:

  1. Casino | MapyRO
    Casino is an entertainment venue, which is located 울산광역 출장마사지 in the middle 제주 출장마사지 of the valley just off 김제 출장샵 the Las Vegas Strip. 대구광역 출장샵 The hotel is one of the Owner: SBC CorporationLocation: Paradise, TXOpened: 평택 출장안마 2003 Rating: 3.7 · ‎5 reviews

    BalasHapus