BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Bisnis merupakan kegiatan yang berhubungan dan
berkepentingan dengan lingkungan dengan kata lain bisnis merupakan kegiatan
pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang disediakan oleh lingkungan. disamping
itu bisnis tidak dapat lepas dari keberadaan faktor-faktor lingkungan yang
dapat mendukung maupun menghambat terhadap tujuan bisnis yang ingin dicapai.
Dilain pihak lingkungan bisnis merupakan faktor yang dapat berpengaruh baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sebaliknya bisnis juga dapat
mempengaruhi atau menciptakan pengaruh terhadap lingkungannya. Oleh karena itu
interaksi antara bisnis dan lingkungannya atau sebaliknya menjadi sangat
penting bagi kegiatan bisnis dan masyarakat. Sehingga bisnis dapat memberikan
pengaruh positif maupun negatif bagi lingkungan.
1.2
Rumusan
Masalah
·
Bagaimana Hubungan
Bisnis dan Masyarakat?
·
Apa saja Faktor-Faktor
Produksi itu?
·
Bagaimana Tanggung
Jawab Sosial Bisnis?
·
Apa saja Masalah
Produksi itu?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan
kami menulis makalah ini agar para pembaca dapat mengetahui dan memperdalam
lagi bagaimana sebenarnya Bisnis dan Lingkungannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan
Bisnis Dan Masyarakat
Hubungan antara Rumah
Tangga Perusahaan dengan Rumah Tangga Konsumsi erat sekali dan saling membantu
satu sama lainnya dalam mencapai kemajuannya. Rumah Tangga Konsumsi menyediakan
dan Rumah Tangga Perusahaan membutuhkan faktor-faktor produksi berupa alam,
tenaga kerja, modal dan skill. Kemudian Rumah Tangga Perusahaan akan membayar
harga faktor produksi ini berupa rente tanah, upah buruh, bunga modal dan laba
pengusaha. Faktor-faktor produksi tadi di olah atau diproses dalam Rumah Tangga
Perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa dan dijual ke Rumah Tangga
Konsumsi.
Rumah Tangga Konsumsi membayar barang dan jasa ini dengan tenaga belinya, ini disebut daya beli efektif (efective demand), artinya permintaan terhadap suatu barang yang diikuti dengan membayar harga barang tersebut.[1]
Rumah Tangga Konsumsi membayar barang dan jasa ini dengan tenaga belinya, ini disebut daya beli efektif (efective demand), artinya permintaan terhadap suatu barang yang diikuti dengan membayar harga barang tersebut.[1]
Adapula Potensil demand atau daya beli pontensil atau
permintaan potensil yaitu permintaan yang baru merupakan keinginan saja belum
diikuti dengan tindakan membeli karna belum cukup uang. Pada saat uangnya cukup
dia baru membeli barang itu. Hubungan ini akan berjalan terus menerus, majunya
Rumah Tangga Perusahaan akan memberikan kepada Rumah Tangga Konsumsi berupa
kemakmuran. Rumah Tangga Perusahaan yang makin berkembang akan membutuhkan
alam, tenaga kerja, modal dan skill yang makin meningkat pula.
2.2 Faktor-Faktor
Produksi
Kegiatan
produksi tentunya memerlukan unsur-unsur yang dapat digunakan dalam proses
produksi yang disebut faktor produksi. Faktor produksi yang bisa digunakan
dalam proses produksi terdiri atas sumberdaya alam, tenaga kerja mansuia, modal
dan kewirausahaan.[2]
1. Sumberdaya
Alam
Sumberdaya alam
adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam yang dapat dimanfaatkan manusia
untuk memenuhi kebutuhannya. Faktor produksi sumberdaya alam merupakan faktor
produksi asli karena telah tersedia di alam langsung. Sumberdaya alam di sini
meliputi segala sesuatu yang ada di dalam bumi seperti:[3]
·
Tanah
·
Tumbuhan
·
Hewan
·
Udara
·
Sinar matahari
·
Hujan
·
Bahan tambang dan lain
sebagainya
2. Sumberdaya
Manusia (Tenaga Kerja Manusia)
Tenaga kerja
manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani yang
dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa maupun
faedah suatu barang. Tenaga kerja manusia dapat diklasifikasikan menurut
tingkatannya (kualitasnya) yang terbagi atas:
a) Tenaga
kerja terdidik (skilled labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh pendidikan
baik formal maupun non formal. Contohnya
seperti: guru, dokter, pengacara, akuntan, psikologi, peneliti.
b) Tenaga
kerja terlatih (trained labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh keahlian
berdasarkan latihan dan pengalaman. Contohnya seperti: montir, tukang kayu,
tukang ukir, sopir, teknisi.
c) Tenaga
kerja tak terdidik dan tak terlatih (unskilled and untrained labour), adalah
tenaga kerja yang mengandalkan kekuatan jasmani daripada rohani.
Contohnya seperti: Tenaga kuli pikul, tukang sapu, pemulung, buruh tani.
Contohnya seperti: Tenaga kuli pikul, tukang sapu, pemulung, buruh tani.
3. Sumberdaya
Modal
Modal
menurut pengertian ekonomi adalah barang atau hasil produksi yang digunakan
untuk menghasilkan produk lebih lanjut. Misalkan orang membuat jala untuk
mencari ikan. Dalam hal ini jala merupakan barang modal, karena jala merupakan
hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lain (ikan). Di dalam
proses produksi, modal dapat berupa peralatan-peralatan dan bahan-bahan.[4]
Adapun
pembagian modal dapat dibedakan menurut:
a)
Kegunaan dalam
proses produksi.
·
Modal tetap adalah
barang-barang modal yang dapat digunakan berkali-kali dalam proses produksi.
Contohnya seperti: gedung, mesin-mesin pabrik.
·
Modal lancar adalah
barang-barang modal yang habis sekali pakai dalam proses produksi. Contoh
seperti: Bahan baku, bahan pembantu.
b)
Bentuk Modal.
·
Modal konkret (nyata)
adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi. Contohnya
seperti: mesin, bahan baku, gedung pabrik.
·
Modal abstrak (tidak
nyata) adalah modal yang tidak dapat dilihattetapi mempunyai nilai dalam
perusahaan. Contohnya seperti: nama baik perusahaan dan merek produk.
4.
Sumberdaya
Pengusaha
Sumberdaya ini
disebut juga kewirausahaan. Pengusaha berperan mengatur dan mengkombinasikan
faktor-faktor produksi dalam rangka meningkatkan kegunaan barang atau jasa
secara efektif dan efisien. Pengusaha berkaitan dengan managemen. Sebagai
pemicu proses produksi, pengusaha perlu memiliki kemampuan yang dapat
diandalkan. Untuk mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi,
pengusaha harus mempunyai kemampuan merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan dan mengendalikan usaha.
Hal-hal
pokok yang harus dikuasai pengusaha dalam melakukan kegiatan produksi yaitu
sebagai berikut.
a. Planning
(perencanaan)
Planning mencakup penetapan tujuan, penyusunan
strategi, rencana modal dan biaya, strategi bisnis, visi dan misi, serta
kebijakan alternative.
b. Organizing
(pengorganisasian)
Mencakup pengelolaan semua sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan perusahaan yang meliputi struktur organisasi, spesialisasi
kerja, hubungan kerja.
c. Actualing
(Pengarahan)
Mencakup pengarhaan dan bimbingan serta motivasi
terhadap karyawan dalam menjalankan tugas masing-masing meliputi pengawasan
tugas pekerjaan.[5]
d. Controlling
(Pengawasan)
Mencakup
kesesuaian pelaksanaan pekerjaan dengan tujuan perusahaan terhadap pekerjaan
masing-masing bagian.
2.3 Tanggung Jawab Sosial Bisnis
Tanggung Jawab
Sosial (Social Responbility) merupakan Etika mempengaruhi perilaku pribadi di
lingkungan kerja atau suatu usaha bisnis untuk menyeimbangi komitmennya
terhadap kelompok dan individu dalam lingkungannya. Contohnya adalah
bertanggung jawab terhadap investor, untuk memaksimalkan profit, karyawan,
konsumen, dan bisnis lainnya.
a. Dorongan
tanggung jawab sosial
Klasifikasi
masalah sosial yang mendorong pelaksanaan tanggung jawab sosial pada sebuah
bisnis salah satunya adalah pada Penerapan Manajemen Orientasi Kemanusiaan. Manfaat
penerapan manajemen orientasi kemanusiaan.[6]
Penerapan manajemen akan menimbulkan hubungan yang serasi, selaras, dan
seimbang antara pelaku bisnis dan dari pihak luar. Manfaat tersebut adalah,
sebagai berikut:
·
Peningkatan modal
kerja karyawan yang berakibat membaiknya semangat dan produktivitas kerja.
·
Adanya partisipasi
bawahan dan timbulnya rasa ikut memiliki sehingga tercipta kondisi manajemen
parsitipatif.
·
Penurunan absen
karyawan yang disebabkan kenyamanan kerja sebagai hasil hubungan kerja yang
menyenangkan dan baik.
·
Peningkatan mutu
produksi yang diakibatkan oleh terbentuknya rasa percaya diri karyawan.
·
Kepercayaan konsumen
yang meningkat dan merupakan modal dasar bagi perkembangan selanjutnya dari
perusahaan.
b. Bentuk
- bentuk Tanggung Jawab Sosial Suatu Bisnis
Penjabaran dari kepedulian sosial dari suatu bisnis
berbentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial bisnis. Sejalan dengan itu dapat
dilihat bahwa semakin tinggi tingkat kepedulian sosial suatu bisnis maka
semakin meningkat pula pelaksanaan praktek bisnis etik masyarakat. Beberapa
bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial yang dapat kita temui di Indonesia
adalah:
·
Pelaksanaan Hubungan
Industrialis Pancasila (HIP)
Kesepakatan
Kerja Bersama (KKB) merupakan bentuk pelaksanaan yang telah banyak dijalankan
pengusaha dengan karyawannya dan dituangkan dalam buku. Dimana diatur kewajiban
dan hak masing-masing pihak. Beberapa contoh hak karyawan adalah cuti,
tunjangan hari raya, dan pakaian kerja.
·
Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL)
Penanganan
limbah industri sebagai bagian dari produksi sebagai bentuk partisipasi menjaga
lingkungan.
·
Penerapan Prinsip
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Penekanan
pada faktor keselamatan pekerja dengan menggunakan alat-alat yang berfungsi
menjaga keselamatan, seperti topi pengaman, masker pelindung, maupun pakaian
khusus lainnya.
·
Perkebunan Inti Rakyat
(PIR)
Sistem
perkebunan yang melibatkan perkebunan besar milik negara dan kecil milik masyarakat.
Perkebunan besar berfungsi sebagai inti dan motor penggerak perkebunan dimana
semua bahan bakunya diambil dari perkebunan kecil disekitarnya yang berfungsi
sebagai plasma.
·
Sistem Bapak
Angkat-Anak Angkat
Sistem ini melibatkan pengusaha besar yang mengangkat
pengusaha kecil/menengah sebagai mitra kerja yang harus mereka bina. Terkadang
hal ini menyebabkan masalah kepada pengusaha besar. Oleh karena itu, dibutuhkan
kesadaran tinggi dalam pelaksanaannya.
c. Klasifikasi
Aspek Pendorong Tanggung Jawab Sosial
Dalam
menunaikan tanggung jawab sosial, perusahaan dituntut untuk mengindahkan etika
bisnis. Hal-hal pendorong dilaksanakannya etika bisnis:
·
Dorongan dari pihak
luar, dari lingkungan masyarakat. Seringkali menghadapi kendala berupa adanya
biaya tambahan yang kadang cukup besar bagi perusahaan dan diperhitungkan dalam
untung-rugi perusahaan.
·
Dorongan dari dalam
bisnis itu sendiri, sisi humanisme pebisnis yang melibatkan rasa, karsa dan
karya yang ikut mendorong diciptakannya etika bisnis yang baik dan jujur.
Penerapan prinsip manajemen terbuka, hubungan industrialis Pancasila,
Pengendalian mutu terpadu dengan gugus kendali mutunya merupakan contoh-contoh
penerapan manajemen yang berorientasi hubungan kemanusiaan.[7]
d. Etika
Bisnis
Merupakan
penerapan secara langsung tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari
dalam perusahaan itu sendiri. Etika pergaulan dalam melaksanakan bisnis disebut
etika pergaulan bisnis,yitu sebagai berikut:
·
Hubungan Antara Bisnis
Dengan Konsumen: Merupakan pergaulan antara konsumen dengan produsen dan paling
banyak ditemui.
·
Hubungan Dengan
Karyawan: Bentuk hubungan ini meliputi : penerimaan (recruitment), latihan
(training), promosi, transfer, demosi, maupun pemberhentian (determination).
Dimana semua bentuk hubungan tersebut harus dijalankan secara objektif dan
jujur.
·
Hubungan Antar Bisnis:
Merupakan hubungan yang terjadi diantara perusahaan, baik perusahaan kolega,
pesaing, penyalur, grosir, maupun distributornya.
·
Hubungan Dengan
Investornya: Pemberian informasi yang benar terhadap investor maupun calon
investor merupakan bentuk hubungan ini. Sehingga dapat menghindari pengambilan
keputusan yang keliru.
·
Hubungan Dengan
Lembaga-Lembaga Keuangan: Hubungan dengan lembaga keuangan terutama Jawatan
Pajak pada umumnya merupakan hubungan yang bersifat financial, berkaitan dengan
penyusunan Laporan Keuangan.
2.4 Masalah Produksi
Masalah produksi maksudnya adalah permasalahan bagaimana
memproduksi semua benda (barang dan jasa) yang dibutuhkan oleh orang banyak.
Dasar pemikirannya adalah melakukan produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
secara umum. Misalnya, apabila di suatu negara atau daerah yang sebagian besar
penduduknya mengonsumsi makanan pokok berupa rotr, maka produksi roti akan
dilakukan sebanyak- banyaknya untuk menjamin agar kebutuhan penduduk selalu
terpenuhi. Kemudian, apabila pada waklu tertentu muncul kebutuhan dan
permintaan yang besar terhadap suatu benda, seperti sepeda, maka produsen akan
berusaha untuk memproduksi sepeda sebanyak-banyaknya.
Adapun masalah pokok dalam produksi
antara lain:
1. Apa
dan Berapa barang yang akan di produksi?
Masalah ini menyangkut persoalan jenis
dan jumlah barang atau jasa yang perlu diproduksi agar sesuai kebutuhan
masyarakat. Karena sumber daya terbatas, masyarakat
harus memutuskan barang apa yang akan di produksi. Sangat tidak mungkin untuk
memproduksi semua jenis benda pemuas kebutuhan. Setelah ditentukan apa yang
akan diproduksi, kemudian diputuskan berapa jumlah barang yang harus diproduksi
sehingga dapat ditentukan berapa sumber daya yang dibutuhkan untuk proses
produksi.
2. Bagaimana
memproduksi barang tersebut?
Setelah jenis dan jumlah produksi
dipilih, persoalan yang harus dipecahkan adalah bagaimana barang tersebut
diproduksi, siapa yang memproduksi barang tersebut, dan sumber daya apa yang
digunakan untuk memproduksi barang tersebut serta teknologi apa yang digunakan
dalam memproduksinya.
3. Untuk
Siapa barang tersebut di produksi?
Masalah
ini menyangkut siapa yang akan memakai barang hasil produksi, misalnya ada
barang yang khusus untuk anak-anak, remaja, orang dewasa, kemudian barang
khusus untuk kalangan menengah ke atas atau menengah ke bawah dan seterusnya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Bisnis merupakan
kegiatan yang berhubungan dan berkepentingan dengan lingkungan. Aktivitas
bisnis merupakan kegiatan pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang disediakan oleh
alam lingkungan. Sebab itu, relasi antara etika, bisnis dan lingkungan hidup
sangat erat sekali. Hal ini mengandung pengertian, jika bisnis itu membutuhkan
bahan baku dari alam, maka alam itu harus diperlakukan secara layak tanpa
merusak habitatnya. Ini semua merupakan tanggung jawab suatu perusahaan (pelaku
bisnis) untuk memperbaiki dan melindungi lingkungan kearah yang lebih baik.
3.2
Saran
Dengan penjelasan di atas diharapkan kepada para pembaca
untuk dapat memahami dan mampu untuk mengaplikasikannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga,
Pandji. Pengantar Bisnis:Pengelolaan dalam Era Globalisasi.
Jakarta:Rinenka Cipta. 2011.
Lubis,
Nur Ahmad Fadhil & Azhari Akmal Tarigan. Etika Bisnis Dalam Islam.
Jakarta:Hijri Pustaka Utama. 2001.
Rozalinda.
Ekonomi Islam:teori dan Aplikasinysa pada Aktivitas Ekonomi. Jakarta:Rajawali
pers. 2014.
K. Bertens. Pengantar Etika Bisnis.Yogyakarta:Kanisius.
2000.
[1] Pandji Anoraga. Pengantar Bisnis:Pengelolaan dalam Era Globalisasi,
(Jakarta:Rinenka Cipta, 2011), hlm.113
[2] Nur Ahmad Fadhil Lubis & Azhari Akmal Tarigan. Etika Bisnis
Dalam Islam, (Jakarta:Hijri Pustaka Utama, 2001), hal: 118
[6] Rozalinda. Ekonomi Islam:teori dan Aplikasinysa pada Aktivitas
Ekonomi, (Jakarta:Rajawali pers, 2014), hlm.76