Jumat, 24 April 2015

Etika Bisnis



BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang Masalah
Bisnis merupakan kegiatan yang berhubungan dan berkepentingan dengan lingkungan dengan kata lain bisnis merupakan kegiatan pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang disediakan oleh lingkungan. disamping itu bisnis tidak dapat lepas dari keberadaan faktor-faktor lingkungan yang dapat mendukung maupun menghambat terhadap tujuan bisnis yang ingin dicapai. Dilain pihak lingkungan bisnis merupakan faktor yang dapat berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebaliknya bisnis juga dapat mempengaruhi atau menciptakan pengaruh terhadap lingkungannya. Oleh karena itu interaksi antara bisnis dan lingkungannya atau sebaliknya menjadi sangat penting bagi kegiatan bisnis dan masyarakat. Sehingga bisnis dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif bagi lingkungan.

1.2              Rumusan Masalah
·         Bagaimana Hubungan Bisnis dan Masyarakat?
·         Apa saja Faktor-Faktor Produksi itu?
·         Bagaimana Tanggung Jawab Sosial Bisnis?
·         Apa saja Masalah Produksi itu?

1.3              Tujuan
Adapun tujuan kami menulis makalah ini agar para pembaca dapat mengetahui dan memperdalam lagi bagaimana sebenarnya Bisnis dan Lingkungannya.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Hubungan Bisnis Dan Masyarakat
Hubungan antara Rumah Tangga Perusahaan dengan Rumah Tangga Konsumsi erat sekali dan saling membantu satu sama lainnya dalam mencapai kemajuannya. Rumah Tangga Konsumsi menyediakan dan Rumah Tangga Perusahaan membutuhkan faktor-faktor produksi berupa alam, tenaga kerja, modal dan skill. Kemudian Rumah Tangga Perusahaan akan membayar harga faktor produksi ini berupa rente tanah, upah buruh, bunga modal dan laba pengusaha. Faktor-faktor produksi tadi di olah atau diproses dalam Rumah Tangga Perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa dan dijual ke Rumah Tangga Konsumsi.
Rumah Tangga Konsumsi membayar barang dan jasa ini dengan tenaga belinya, ini disebut daya beli efektif (efective demand), artinya permintaan terhadap suatu barang yang diikuti dengan membayar harga barang tersebut.[1]
Adapula Potensil demand atau daya beli pontensil atau permintaan potensil yaitu permintaan yang baru merupakan keinginan saja belum diikuti dengan tindakan membeli karna belum cukup uang. Pada saat uangnya cukup dia baru membeli barang itu. Hubungan ini akan berjalan terus menerus, majunya Rumah Tangga Perusahaan akan memberikan kepada Rumah Tangga Konsumsi berupa kemakmuran. Rumah Tangga Perusahaan yang makin berkembang akan membutuhkan alam, tenaga kerja, modal dan skill yang makin meningkat pula.

2.2       Faktor-Faktor Produksi
            Kegiatan produksi tentunya memerlukan unsur-unsur yang dapat digunakan dalam proses produksi yang disebut faktor produksi. Faktor produksi yang bisa digunakan dalam proses produksi terdiri atas sumberdaya alam, tenaga kerja mansuia, modal dan kewirausahaan.[2]
1.      Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Faktor produksi sumberdaya alam merupakan faktor produksi asli karena telah tersedia di alam langsung. Sumberdaya alam di sini meliputi segala sesuatu yang ada di dalam bumi seperti:[3]
·         Tanah
·         Tumbuhan
·         Hewan
·         Udara
·         Sinar matahari
·         Hujan
·         Bahan tambang dan lain sebagainya
2.      Sumberdaya Manusia (Tenaga Kerja Manusia)
Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa maupun faedah suatu barang. Tenaga kerja manusia dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya (kualitasnya) yang terbagi atas:
a)      Tenaga kerja terdidik (skilled labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal. Contohnya  seperti: guru, dokter, pengacara, akuntan, psikologi, peneliti.
b)      Tenaga kerja terlatih (trained labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh keahlian berdasarkan latihan dan pengalaman. Contohnya seperti: montir, tukang kayu, tukang ukir, sopir, teknisi.
c)      Tenaga kerja tak terdidik dan tak terlatih (unskilled and untrained labour), adalah tenaga kerja yang mengandalkan kekuatan jasmani daripada rohani.
Contohnya seperti: Tenaga kuli pikul, tukang sapu, pemulung, buruh tani.
3.      Sumberdaya Modal
Modal menurut pengertian ekonomi adalah barang atau hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut. Misalkan orang membuat jala untuk mencari ikan. Dalam hal ini jala merupakan barang modal, karena jala merupakan hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lain (ikan). Di dalam proses produksi, modal dapat berupa peralatan-peralatan dan bahan-bahan.[4]
Adapun pembagian modal dapat dibedakan menurut:
a)      Kegunaan dalam proses produksi.
·         Modal tetap adalah barang-barang modal yang dapat digunakan berkali-kali dalam proses produksi. Contohnya seperti: gedung, mesin-mesin pabrik.
·         Modal lancar adalah barang-barang modal yang habis sekali pakai dalam proses produksi. Contoh seperti: Bahan baku, bahan pembantu.
b)      Bentuk Modal.
·         Modal konkret (nyata) adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi. Contohnya seperti: mesin, bahan baku, gedung pabrik.
·         Modal abstrak (tidak nyata) adalah modal yang tidak dapat dilihattetapi mempunyai nilai dalam perusahaan. Contohnya seperti: nama baik perusahaan dan merek produk.
4.      Sumberdaya Pengusaha
Sumberdaya ini disebut juga kewirausahaan. Pengusaha berperan mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi dalam rangka meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efisien. Pengusaha berkaitan dengan managemen. Sebagai pemicu proses produksi, pengusaha perlu memiliki kemampuan yang dapat diandalkan. Untuk mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi, pengusaha harus mempunyai kemampuan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan usaha.
Hal-hal pokok yang harus dikuasai pengusaha dalam melakukan kegiatan produksi yaitu sebagai berikut.
a.       Planning (perencanaan)
Planning mencakup penetapan tujuan, penyusunan strategi, rencana modal dan biaya, strategi bisnis, visi dan misi, serta kebijakan alternative.
b.      Organizing (pengorganisasian)
Mencakup pengelolaan semua sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan yang meliputi struktur organisasi, spesialisasi kerja, hubungan kerja.
c.       Actualing (Pengarahan)
Mencakup pengarhaan dan bimbingan serta motivasi terhadap karyawan dalam menjalankan tugas masing-masing meliputi pengawasan tugas pekerjaan.[5]
d.      Controlling (Pengawasan)
Mencakup kesesuaian pelaksanaan pekerjaan dengan tujuan perusahaan terhadap pekerjaan masing-masing bagian.

2.3       Tanggung Jawab Sosial Bisnis
            Tanggung Jawab Sosial (Social Responbility) merupakan Etika mempengaruhi perilaku pribadi di lingkungan kerja atau suatu usaha bisnis untuk menyeimbangi komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungannya. Contohnya adalah bertanggung jawab terhadap investor, untuk memaksimalkan profit, karyawan, konsumen, dan bisnis lainnya.
a.       Dorongan tanggung jawab sosial
Klasifikasi masalah sosial yang mendorong pelaksanaan tanggung jawab sosial pada sebuah bisnis salah satunya adalah pada Penerapan Manajemen Orientasi Kemanusiaan. Manfaat penerapan manajemen orientasi kemanusiaan.[6] Penerapan manajemen akan menimbulkan hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara pelaku bisnis dan dari pihak luar. Manfaat tersebut adalah, sebagai berikut:
·         Peningkatan modal kerja karyawan yang berakibat membaiknya semangat dan produktivitas kerja.
·         Adanya partisipasi bawahan dan timbulnya rasa ikut memiliki sehingga tercipta kondisi manajemen parsitipatif.
·         Penurunan absen karyawan yang disebabkan kenyamanan kerja sebagai hasil hubungan kerja yang menyenangkan dan baik.
·         Peningkatan mutu produksi yang diakibatkan oleh terbentuknya rasa percaya diri karyawan.
·         Kepercayaan konsumen yang meningkat dan merupakan modal dasar bagi perkembangan selanjutnya dari perusahaan.
b.      Bentuk - bentuk Tanggung Jawab Sosial Suatu Bisnis
Penjabaran dari kepedulian sosial dari suatu bisnis berbentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial bisnis. Sejalan dengan itu dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat kepedulian sosial suatu bisnis maka semakin meningkat pula pelaksanaan praktek bisnis etik masyarakat. Beberapa bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial yang dapat kita temui di Indonesia adalah:
·         Pelaksanaan Hubungan Industrialis Pancasila (HIP)
Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) merupakan bentuk pelaksanaan yang telah banyak dijalankan pengusaha dengan karyawannya dan dituangkan dalam buku. Dimana diatur kewajiban dan hak masing-masing pihak. Beberapa contoh hak karyawan adalah cuti, tunjangan hari raya, dan pakaian kerja.
·         Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Penanganan limbah industri sebagai bagian dari produksi sebagai bentuk partisipasi menjaga lingkungan.
·         Penerapan Prinsip Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Penekanan pada faktor keselamatan pekerja dengan menggunakan alat-alat yang berfungsi menjaga keselamatan, seperti topi pengaman, masker pelindung, maupun pakaian khusus lainnya.
·         Perkebunan Inti Rakyat (PIR)
Sistem perkebunan yang melibatkan perkebunan besar milik negara dan kecil milik masyarakat. Perkebunan besar berfungsi sebagai inti dan motor penggerak perkebunan dimana semua bahan bakunya diambil dari perkebunan kecil disekitarnya yang berfungsi sebagai plasma.
·         Sistem Bapak Angkat-Anak Angkat
Sistem ini melibatkan pengusaha besar yang mengangkat pengusaha kecil/menengah sebagai mitra kerja yang harus mereka bina. Terkadang hal ini menyebabkan masalah kepada pengusaha besar. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran tinggi dalam pelaksanaannya.
c.       Klasifikasi Aspek Pendorong Tanggung Jawab Sosial
Dalam menunaikan tanggung jawab sosial, perusahaan dituntut untuk mengindahkan etika bisnis. Hal-hal pendorong dilaksanakannya etika bisnis:
·         Dorongan dari pihak luar, dari lingkungan masyarakat. Seringkali menghadapi kendala berupa adanya biaya tambahan yang kadang cukup besar bagi perusahaan dan diperhitungkan dalam untung-rugi perusahaan.
·         Dorongan dari dalam bisnis itu sendiri, sisi humanisme pebisnis yang melibatkan rasa, karsa dan karya yang ikut mendorong diciptakannya etika bisnis yang baik dan jujur. Penerapan prinsip manajemen terbuka, hubungan industrialis Pancasila, Pengendalian mutu terpadu dengan gugus kendali mutunya merupakan contoh-contoh penerapan manajemen yang berorientasi hubungan kemanusiaan.[7]
d.      Etika Bisnis
Merupakan penerapan secara langsung tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri. Etika pergaulan dalam melaksanakan bisnis disebut etika pergaulan bisnis,yitu sebagai berikut:
·         Hubungan Antara Bisnis Dengan Konsumen: Merupakan pergaulan antara konsumen dengan produsen dan paling banyak ditemui.
·         Hubungan Dengan Karyawan: Bentuk hubungan ini meliputi : penerimaan (recruitment), latihan (training), promosi, transfer, demosi, maupun pemberhentian (determination). Dimana semua bentuk hubungan tersebut harus dijalankan secara objektif dan jujur.
·         Hubungan Antar Bisnis: Merupakan hubungan yang terjadi diantara perusahaan, baik perusahaan kolega, pesaing, penyalur, grosir, maupun distributornya.
·         Hubungan Dengan Investornya: Pemberian informasi yang benar terhadap investor maupun calon investor merupakan bentuk hubungan ini. Sehingga dapat menghindari pengambilan keputusan yang keliru.
·         Hubungan Dengan Lembaga-Lembaga Keuangan: Hubungan dengan lembaga keuangan terutama Jawatan Pajak pada umumnya merupakan hubungan yang bersifat financial, berkaitan dengan penyusunan Laporan Keuangan.

2.4       Masalah Produksi
            Masalah produksi maksudnya adalah permasalahan bagaimana memproduksi semua benda (barang dan jasa) yang dibutuhkan oleh orang banyak. Dasar pemikirannya adalah melakukan produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara umum. Misalnya, apabila di suatu negara atau daerah yang sebagian besar penduduknya mengonsumsi makanan pokok berupa rotr, maka produksi roti akan dilakukan sebanyak- banyaknya untuk menjamin agar kebutuhan penduduk selalu terpenuhi. Kemudian, apabila pada waklu tertentu muncul kebutuhan dan permintaan yang besar terhadap suatu benda, seperti sepeda, maka produsen akan berusaha untuk memproduksi sepeda sebanyak-banyaknya.
            Adapun masalah pokok dalam produksi antara lain:
1.      Apa dan Berapa barang yang akan di produksi?
Masalah ini menyangkut persoalan jenis dan jumlah barang atau jasa yang perlu diproduksi agar sesuai kebutuhan masyarakat. Karena sumber daya terbatas, masyarakat harus memutuskan barang apa yang akan di produksi. Sangat tidak mungkin untuk memproduksi semua jenis benda pemuas kebutuhan. Setelah ditentukan apa yang akan diproduksi, kemudian diputuskan berapa jumlah barang yang harus diproduksi sehingga dapat ditentukan berapa sumber daya yang dibutuhkan untuk proses produksi.
2.      Bagaimana memproduksi barang tersebut?
Setelah jenis dan jumlah produksi dipilih, persoalan yang harus dipecahkan adalah bagaimana barang tersebut diproduksi, siapa yang memproduksi barang tersebut, dan sumber daya apa yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut serta teknologi apa yang digunakan dalam memproduksinya.
3.      Untuk Siapa barang tersebut di produksi?
Masalah ini menyangkut siapa yang akan memakai barang hasil produksi, misalnya ada barang yang khusus untuk anak-anak, remaja, orang dewasa, kemudian barang khusus untuk kalangan menengah ke atas atau menengah ke bawah dan seterusnya.



BAB III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan
Bisnis merupakan kegiatan yang berhubungan dan berkepentingan dengan lingkungan. Aktivitas bisnis merupakan kegiatan pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang disediakan oleh alam lingkungan. Sebab itu, relasi antara etika, bisnis dan lingkungan hidup sangat erat sekali. Hal ini mengandung pengertian, jika bisnis itu membutuhkan bahan baku dari alam, maka alam itu harus diperlakukan secara layak tanpa merusak habitatnya. Ini semua merupakan tanggung jawab suatu perusahaan (pelaku bisnis) untuk memperbaiki dan melindungi lingkungan kearah yang lebih baik.

3.2              Saran
Dengan penjelasan di atas diharapkan kepada para pembaca untuk dapat memahami dan mampu untuk mengaplikasikannya dengan baik.













DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji. Pengantar Bisnis:Pengelolaan dalam Era Globalisasi. Jakarta:Rinenka Cipta.  2011.
Lubis, Nur Ahmad Fadhil & Azhari Akmal Tarigan. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta:Hijri Pustaka Utama. 2001.
Rozalinda. Ekonomi Islam:teori dan Aplikasinysa pada Aktivitas Ekonomi. Jakarta:Rajawali pers. 2014.
K. Bertens. Pengantar Etika Bisnis.Yogyakarta:Kanisius. 2000.


[1] Pandji Anoraga. Pengantar Bisnis:Pengelolaan dalam Era Globalisasi, (Jakarta:Rinenka Cipta, 2011), hlm.113
[2] Nur Ahmad Fadhil Lubis & Azhari Akmal Tarigan. Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta:Hijri Pustaka Utama, 2001), hal: 118
[3] Ibid, hal: 120-121
[4] K. Bertens. Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta:Kanisius,2000), hlm. 23
[5] Ibid,  hal: 25-26
[6] Rozalinda. Ekonomi Islam:teori dan Aplikasinysa pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta:Rajawali pers, 2014), hlm.76
[7] Ibid, hal: 78-79

Filsafat Ilmu



BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu ciri khas manusia adalah sifatnya yang selalu ingin tahu tentang sesuatu hal. Rasa ingin tahu ini tidak terbatas yang ada pada dirinya, juga ingin tahu tentang lingkungan sekitar, bahkan sekarang ini rasa ingin tahu berkembang ke arah dunia luar. Rasa ingin tahu ini tidak dibatasi oleh peradaban. Semua umat manusia di dunia ini punya rasa ingin tahu walaupun variasinya berbeda-beda. Orang yang tinggal di tempat peradaban yang masih terbelakang, punya rasa ingin yang berbeda dibandingkan dengan orang yang tinggal di tempat yang sudah maju.
Rasa ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam sekitarnya dapat bersifat sederhana dan juga dapat bersifat kompleks. Rasa ingin tahu yang bersifat sederhana didasari dengan rasa ingin tahu tentang apa (ontologi), sedangkan rasa ingin tahu yang bersifat kompleks meliputi bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi dan mengapa peristiwa itu terjadi (epistemologi), serta untuk apa peristiwa tersebut dipelajari (aksiologi).
Ke tiga landasan tadi yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi merupakan ciri spesifik dalam penyusunan pengetahuan. Ketiga landasan ini saling terkait satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Berbagai usaha orang untuk dapat mencapai atau memecahkan peristiwa yang terjadi di alam atau lingkungan sekitarnya. Bila usaha tersebut berhasil dicapai, maka diperoleh apa yang kita katakan sebagai ketahuan atau pengetahuan.
Sedangkan Filsafat ilmu merupakan dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaiknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang dominan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Pengertian Ilmu
            Pada prinsipnya ilmu merupakan usaha untuk mengorganisir dan mensitematisasikan sesuatu. Sesuatu tersebut dapat diperoleh dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun sesuatu itu dilanjutkan dengan pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.[1]
            Ilmu dapat merupakan suatu metode berfikir secara objektif (objective thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Ini diperoleh melalui observasi, eksperimen, dan klasifikasi. Analisisnya merupakan hal yang objektif dengan menyampingkan unsur pribadi, mengedepankan pemikiran logika, netral (tidak dipengaruhi oleh kedirian atau subjektif). Ilmu sebagai milik manusia secara komprehensif yang merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati panca indera manusia.
            Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya kumpulan ilmu adalah pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material dan objek formal. Setiap bidang ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat harus memenuhi ke dua objek tersebut. Ilmu merupakan suatu bentuk aktiva yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu lebih lengkap dan lebih cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya.[2]
            Adapun pengertian Ilmu menurut beberapa ahli dapat di artikan sebagai berikut:
a.       Menurut Harold H. Titus Ilmu (science) diartikan sebagai common science yang di atur dan di organisasikan mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode observasi yang teliti dan kritis.
b.      Mohamad Hatta mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
c.       Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag bahwa mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik dan ke empatnya serentak.
d.      Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
e.       Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
f.       Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia.
g.      Afanasyef menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.

2.2       Pengertian Pengetahuan
            Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa difenisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Sedangkan secara terminologi definisi pengetahuan ada beberapa definisi antara lain
a.       Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. 
b.      Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam hal ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.
c.       Pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya ilmu, seni dan agama. Pengetahuan ini merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung dan tak langsung memperkaya kehidupan kita. 
Pengetahuan adalah suatu istilah yang di pergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu.suatu hal yang menjadi penggetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya itu.oleh karna itu penggetahuan selalu menuutut adanya subjek yang mempunyai kesdaran untuk mengetahui tentang sesuatu objek dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal ingin diketahuinya.jadi bisa dikatakan penggetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu,atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya,atau asil usaha manusia untuk memahami suatu objek.[3]
Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal, atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.
Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka.
Sedangkan pengertian pengetahuan menurut beberapa ahli dapat diartikan sebagai berikut:
Menurut Louis Leahy Pengetahuan adalah suatu kekayaan dan kesempurnaan. seseorang yang tahu lebih banyak adalah lebih baik kalau dibandingkan dengan yang tidak tahu apa-apa.
a.       Menurut Onny S. Prijono Pengetahuan adalah nilai yang membiasakan orang yang mengembannya untuk selalu tahu tentang apa yang dia lakukan dalam penelitian.
b.      Menurut Herdeger pengetahuan adalah peristiwa yang menyebabakan kesadaran manusia memasuki terang ada.
c.       Menurut Robert M.z Lawang Pengetahuan adalah segala sesuatu yang dialami seseorang.[4]
d.      Menurut Martin pengetahuan adalah kemampuan untuk membentuk model mental yang menggambarkan objek dengan tepat dan mempresentasikan dan aksi yang dilakukaan dalam suatu objek
e.       Menurut Laudon Pengetahuan adalah kejadian yang kognitif bahkan filosofis yang terjadi dalam pikiran manusia.
2.3       Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan di ambil dari bahasa inggris science, yang berasal dari bahasa latin scientie dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui.pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti sehingga menunjuk segenap pengetahuan sistematik. Adapun menurut Bahm defenisi ilmmu pengetahuan paling tidak melibatkan enam macam komponen yaitu masalah, sikap, metode, aktivitas, kesimpulan dan pengaruh.
Pengertian Ilmu Pengetahuan menurut beberapa ahli dapat diartikan seabagai berikut:
a.       Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan bahwa tiap-tiap pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya baik menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunannya dari dalam.
b.      Menurut Mulyadi Kartanegara Ilmu Pengetahuan adalah keadaan atau fakta mengetahui dan sering diambil dalam arti pengetahuan yang kontras terhadap instuisi dan kepercayaan.
c.       Menurut Achmad Barquni Ilmu Pengetahuan adalah sebagai himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pekerjaan dan dapat diterima oleh rasio.
d.      Menurut Goldstein Ilmu Pengetahuan adalah cara memandang dunia memahami dan mengubahnya.
e.       Menurut Van Puersen Ilmu Pengetahuan adalah pengetahuan yang terorganisasi dengansistem dan metode berusaha mencari hubungan tetap diantara gejala.



2.4       Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaiknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang dominan.[5]
Filsafat Ilmu merupakan penerus pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru.
Menurut The Liang Gie Filsafat Ilmu adalah segenap pemikiran refleksi tehadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Filsafat Ilmu Merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu.[6]   










BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Filsafat Ilmu merupakan penerus pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru.
Ada perbedaan prinsip antara ilmu dengan pengetahuan. Ilmu merupakan kumpulan dari berbagai pengetahuan, dan kumpulan pengetahuan dapat dikatakan ilmu setelah memenuhi syarat-syarat objek material dan objek formal.

3.2       Saran
            Dengan penjelasan di atas diharapkan kepada para pembaca untuk dapat memahami dan mampu untuk mengaplikasikannya dengan baik.













DAFTAR PUSTAKA

Muthahhari,Murtadha,Fisafat Islam,Bandung: Mizan, 2002
Saifullah,Ali, Filsafat dan Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional,1997


[1] Murtadha muthahhari,flsafat islam,(Bandung: Mizan,2002) hal: 23
[2] Ibid, hal: 25-26
[3] Ali sifulloh,filsafat dan pendidikan,(Surabaya:Usaha Nasional,1997), hal: 35
[4] Ibid, hal: 45-46